TUGAS EKONOMI MONETER
TENTANG “ NERACA PEMBAYARAN “
Disusun oleh:
Novi
Trilestari (109020003)
Manajemen 2A
JURUSAN
MANAJEMEN
FAKULTAS
EKONOMI
UNIVERSITAS SWADAYA
GUNUNG JATI
CIREBON
2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehaditat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
hidayah kepada kita semua, sehingga berkat karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas karya ilmiah tentang
“ NERACA
PEMBAYARAN”.
Dalam penyusunan karya ilmiah ini, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas karya ilmiah ini. Dan
tidak lupa juga penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak H.Dadang Tresnayadi,
SE,MM yang telah membimbing kami.
Dalam
penyusunan karya ilmiah ini penulis berharap semoga karya ilmiah ini
dapat bermanfaat bagi penulis sendiri maupun kepada pembaca umumnya.
Cirebon, Juni
2011
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ……………………………………………..…………… xi
DAFTAR
ISI......................................................................................................... xii
BAB
I PENDAHULUAN……………………………………………… 1
1.1 Alasan Pembuatan
Judul……………………………………. 1
1.2
Maksud……………………………………………………... 1
1.3
Tujuan………………………………………………………. 1
BAB
II PEMBAHASAN
2.1 Definisi………………………………………….……… 2
2.2 Komponen Neraca Pembayaran..………………………. 3
2.3 Beberapa Pengertian “Balance” Dalam Suatu
Neraca
Pembayaran
.…………………………………..…….…. 6
2.4 Masalah Dalam Analisa Pembayaran.............................. 8
2.5 Surplus & Defisit Neraca Pembayaran….……………... 9
2.6 Dampak Neraca Pembayaran Terhadap
perekonomian
Suatu Negara……………….………………………...... 13
2.7 Kebutuhan Akan Hutang Luar Negeri….…….……….. 13
2.8 Kebaikan & Keburukan Hutang Luar
Negeri
Bagi Indonesia………………………………………… 14
2.9 Upaya
Pengelolaan Hutang Luar Negeri……………… 16
2.10 Neraca
Pembayaran 2011 Diprediksi
Surplus…………………………………………………. 18
BAB
III PENUTUP
3.1
Kesimpulan………………………………………………..... 19
3.2
Saran………………………………………………………... 22
DAFTAR
PUSTAKA………………………..………………............................ 23
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 ALASAN PEMBUTAN
JUDUL
Adapun alasan dari
pembuatan judul karya ilmiah ini adalah agar kita bisa mengetahui dan memahami tentang
apa yang dimaksud dengan neraca pembayaran, komponen dari neraca pembayaran,
masalah dalam analisa pembayaran, dampak neraca pembayaran terhadap
perekonomian suatu negara, kebaikan & keburukan hutang luar negeri bagi
Indonesia dan lain sebagainya.
2.2 MAKSUD
Maksud dari pembuatan
karya ilmiah ini tidak lain adalah untuk mengetahui tentang neraca pembayaran suatu
negara. Neraca pembayaran suatu negara adalah catatan yang sistematis tentang
transaksi ekonomi internasional antara penduduk negara itu dengan penduduk
negara lain dalam jangka waktu tertentu. Selain itu, kita juga bisa mengetahui
keadaan cadangan devisa negara dan beberapa masalah atau kekeliruan yang sering
timbul dalam analisa neraca pembayaran
2.3 TUJUAN
Adapun tujuan yang ingin penulis capai dan sampaikan
kepada pembaca dalam penyusunan karya ilmiah ini diantaranya sebagai berikut :
- Mengetahui tentang apa yang dimaksud dengan Neraca Pembayaran ?
- Mengetahui tentang komponen-komponen dari neraca pembayaran,
- Mengetahui tentang dampak dari neraca pembayaran terhadap perekonomian suatu negara,
- Mengetahui tentang masalah dalam analisa pembayaran dan mengetahui surplus dan defisit neraca pembayaran,
- Mengetahui tentang kebaikan dan keburukan hutang luar negeri bagi Indonesia dan upaya pengelolaan hutang luar negeri.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. DEFINISI
Neraca pembayaran suatu negara adalah catatan yang
sistematis tentang transaksi ekonomi internasional antara penduduk negara itu
dengan penduduk negara lain dalam jangka waktu tertentu. Transaksi ekonomi
berarti pertukaran nilai barang atau jasa ekonomi atau pengalihan kekayaan
penduduk suatu negara ke negara lain. Catatan semacam ini sangat berguna untuk
berbagai macam tujuan. Namun tujuan utamanya adalah untuk memberikan informasi
kepada penguasa pemerintah tentang posisi keuangan dalam hubungan ekonomi dalam
pengambilan kebijaksanaan moneter, fiskal, perdagangan, dan pembayaran
internasional. Dari pengertian tersebut di atas ada dua hal yang perlu
mendapatkan penjelasan.
Neraca pembayaran (balance of payment) adalah catatan
sitematis dari semua transaksi ekonomi internasional, baik perdagangan,
investasi, maupun pinjaman yang terjadi antara penduduk dalam negeri suatu
negara dan penduduk luar negeri selama jangka waktu tertentu, lazimnya satu
tahun, yang dinyatakan dalam dolar AS. (Tulus tambunan, 2000). Pendapat Tulus
Tumbunan diidukung oleh International Monetary Found (IMF) 1993 yang
menyatakan, Balance of payment adalah “A statement that systematically, for
specific time period, the economic transactions of an economic with the rest of
the world. Transaction, for the most part between residents and nonresident,
consist of those involving goods, services, and income; those involving
financial claim an assets and liabilities to, the rest of the world; and those
(such gift) classified as transfer, which involve offsetting entries to balance
in an accounting sense – one set transaction”.
2.1.1.
Pengertian penduduk di dalam suatu neraca pembayaran internasional meliputi:
- Orang perorangan/individu,
- Badan hukum,
- Pemerintah.
Orang perorangan yang tidak mewakili pemerintah
suatu negara (misalnya touris) dianggap
sebagai penduduk dimana mereka mempunyai tempat tinggal tetap atau tempat dimana
mereka memperoleh “center of interest”. Dalam menentukan center of interest dapat dipakai sebagai ukuran adalah dimana
mereka memperoleh penghasilan tetap atau dimana mereka bekerja. Suatu badan hukum
dianggap sebagai penduduk dari negara dimana badan hukum tersebut memperoleh
status sebagai badan hukum. Cabang-cabangnya yang ada di luar negeri dianggap
sebagai penduduk luar negeri. Badan-badan pemerintah adalah jelas sebagai
penduduk dari negara yang diwakilinya. Jadi misalnya, para diplomat kedutaan
besar dianggap sebagai penduduk dari negara yang mereka wakili. Transaksi yang
mereka adakan di negara lain merupakan transaksi ekonomi internasional.
2.1.2. Yang termasuk neraca
pembayaran internasional hanyalah transaksi ekonomi internasional saja.
Transaksi bantuan militer, misalnya, tidak termasuk di dalamnya. Dalam
transaksi ekonomi ini perlu dibedakan antara transaksi debit dan kredit.
Transaksi debit adalah transaksi yang menimbulkan kewajiban untuk melakukan
pembayaran kepada penduduk negara lain. Transaksi kredit adalah transaksi yang
menimbulkan hak untuk menerima pembayaran dari penduduk negara lain. Pembedaan
lain dari transaksi ekonomi adalah transaksi dari transaksi ekonomi adalah
transaksi yang sedang berjalan (current
account) dan transaksi capital (capital
account). Transaksi yang sedang berjalan adalah transaksi yang meliputi
barang-barang dan jasa, sedangkan transaksi capital adalah transaksi yang
menyangkut transaksi investasi modal dan emas. Hadiah (gift), bantuan (aid) dan
transaksi satu arah yang lain (unilateral
transfer) dapat digolongkan ke dalam transaksi yang sedang berjalan atau
sebagai transaksi tersendiri, yakni transaksi satu arah.
2.2. KOMPONEN NERACA
PEMBAYARAN.
Neraca pembayaran terdiri dari beberapa komponen,
yaitu neraca barang (neraca perdagangan)
dan neraca jasa. Keduanya disebut neraca transaksi berjalan ( current account) dan neraca modal.
a. Neraca
Barang ( Neraca Perdagangan).
Pos ini merupakan
golongan terbesar dalam neraca pembayaran, yang meliputi transaksi barang.
Transasksi barang ini meliputi ekspor barang, termasuk barang-barang yang bisa
dilihat secara fisik, misalnya minyak, tembakau, tanah, kayu, karet,
dan sebagainya. Ekspor barang merupakan transaksi kredit karena
transaksi tersebut menimbulkan hak untuk menerima pembayaran (menyebabkan
terjadinya arus uang masuk atau dana masuk ke dalam negeri). Impor barang-barang
merupakan transaksi debit karena menimbulkan kewajiban untuk melakukan
pembayaran kepada negara lain (menyebabkan arus uang atau dana ke luar negeri).
b. Neraca
Jasa.
Neraca jasa
meliputi transaksi ekspor dan impor jasa. Ekspor jasa terdiri dari
penjualan jasa angkutan
turisme/pariwisata, asuransi, pendapatan investasi dari modal di luar negeri.
Ekspor jasa termasuk transaksi kredit, sedangkan impor jasa yang meliputi
pembelian jasa dari penduduk negara lain, termasuk pembayaran bunga pinjaman,
deviden atau keuntungan modal yang ditanam di dalam negeri oleh penduduk negara
lain.
c. Neraca
Modal.
Neraca modal (capital account) termasuk transaksi
modal, yang terdiri dari transaksi jangka pendek dan transaksi jangka panjang.
1. Transaksi
modal jangka pendek meliputi :
Ø Kredit
untuk perdagangan dari negara lain (transaksi kredit) atau kredit perdagangan
yang diberikan kepada penduduk negara lain (transaksi debit),
Ø Deposito
bank di luar negeri (transaksi debit) atau deposito bank di dalam negeri milik
penduduk negara lain,
Ø Pembelian
surat berharga luar negeri jangka pendek (transaksi debit) atau penjualan surat
berharga dalam negeri jangka pendek kepada penduduk negara lain (transaksi
kredit).
2. Transaksi
modal jangka panjang meliputi :
Ø Transaksi
langsung di luar negeri (transaksi debit) atau investasi asing di dalam negeri
(transaksi kredit),
Ø Pembelian
surat-surat berharga jangka panjang milik penduduk negara lain (transaksi debit)
atau pembelian surat-surat berharga jangka panjang dalam negeri oleh penduduk
asing (transaksi kredit),
Ø Pinjaman
jangka panjang yang diberikan kepada penduduk negara lain (transaksi debit)
atau pinjaman jangka panjang yang diterima dari penduduk negara lain (transaksi
debit).
d. Lalu
Lintas Moneter.
Transaksi ini
sering disebut accommodating transaction sebab merupakan transaksi yang timbul
sebagai akibat dari adanya transasksi lain. Transaksi itu disebut juga
autonomous, karena timbul dengan sendirinya tanpa dipengaruhi transaksi
lainnya. Termasuk dalam transaksi autonomous adalah
transaksi-transaksi yang sedang berjalan dan transaksi modal serta transaksi
satu arah. Perbedaan antara transaksi autonomous debet dengan kredit
diseimbangkan dengan transaksi lalu lintas moneter. Termasuk ke dalam transaksi lalu lintas moneter adalah mutasi
dalam hubungan dengan IMF, pasiva luar negeri, serta aktiva luar negeri. Berbeda
dengan itu debet atau surplus neraca
pambayaran dapat diketahui dari transaksi autonomous tersebut. Defisit terjadi
apabila transaksi autonomous debit lebih besar dari transaksi autonomous
kredit. Sebaliknya terjadi surplus apabila transaksi autonomous kredit lebih
besar daripada transaksi autonomous debit.
e. Transaksi
Satu Arah.
Transaksi satu
arah adalah transaksi yang tidak menimbulkan kewajiban untuk melakukan
kewajiban pembayaran, misalnya hadiah (gifts)
dan bantuan (aid). Apabila suatu
negara memberi hadiah atau bantuan kepada negara lain, maka ini merupakan
transaksi debit. Sebaliknya, apabila suatu negara menerima bantuan atau hadiah
dari negara lain merupakan transaksi kredit.
f. Selisih
Perhitungan (Errors and Omissions).
Rekening ini merupakan
rekening penyeimbang apabila nilai transaksi-transaksi kredit tidak persis sama
dengan nilai transaksi-transaksi debit. Dengan adanya rekening selisih
perhitungan ini maka jumlah total nilai sebelah kredit dan debit dari suatu
neraca pembayaran internasional akan selalu sama.
2.3. Beberapa
Pengertian “Balance” dalam Suatu Neraca Pembayaran.
Kosep “balance” dalam neraca pembayaran mempunyai
arti yang berbeda-beda. Pada dasarnya ada 4 pengertian balance.
1. Basic
balance,
Tabel 12.1
menunjukan bahwa basic balance terdiri dari balance dalam transaksi yang sedang
berjalan (current account balance)
ditambah transaksi modal jangka panjang. Basic balance akan berubah-ubah
apabila terjadi perubahan yang prinsipil dalam perekonomian, seperti misalnya:
perubahan harga, kurs valuta asing, dan pertumbuhan ekonomi. Perubahan dalam
Basic balance akan tercermin dalam perubahan aliran modal jangka pendek dan
selisih yang diperhitungkan (Errors and
Omissions). Dengan demikian, basic balance memberikan informasi tentang
akibat perubahan perekonomian terhadap neraca pembayaran, yakni akibatnya
terhadap aliran modal jangka pendek. Kalau misalnya pemerintah menghendaki
suatu target tertentu untuk aliran modal jangka pendek, maka perhatian khusus
harus diarahkan kepada akibat kebijaksanaan ekonomi pemerintah terhadap
transaksi yang sedang berjalan dan aliran modal jangka panjang. Menurut
pandangan ini, dalam jangka panjang basic balance akan menjadi nol. Hal ini
didasarkan pada anggapan bahwa aliran modal jangka pendek (oleh pemerintah dan/atau
swasta) akan sama dengan nol, artinya aliran modal masuk akan sama dengan
aliran modal keluar.
2. Balance
transaksi “autonomous”,
Balance ini
terdiri dari basic balance ditambah dengan aliran modal jangka pendek.
Pemerintah harusnya lebih memperhatikan balance transaksi autonomous daripada
basic balance sebab kenyataannya aliran modal jangka pendek itu jarang sekali
sama dengan nol. Seperti telah diuraikan diatas, defisit atau surplus suatu
neraca pembayaran dilihat dari balance transaksi autonomous yang kemudian
tercermin dalam transaksi accommodating (yakni aliran modal pemerintah jangka
pendek).
3. Liquidity
balance,
Konsep liquidity
balance ini dikembangkan di Amerika Serikat untuk mengukur posisi neraca
pembayarannya. Perbedaannya dengan balance transaksi autonomous adalah di dalam
perlakuan terhadap pemilikan kekayaan (assets)
jangka pendek. Kekayaan asing (misalnya surat-surat berharga jangka pendek atau
deposito bank) yang dimiliki oleh penduduk Amerika Serikat diperhitungkan
sebagai faktor yang mempengaruhi ketidakseimbangan neraca pembayaran Dalam
tabel 12.1 balance ini bersama basic balance dan selisih yang diperhitungkan
merupakan faktor yang menyebabkan ketidakseimbangan neraca pembayaran.
Sebaliknya kekayaan jangka pendek Amerika yang dimiliki penduduk lain dianggap
sebagai sumber pembiayaan ketidakseimbangan yang timbul dalam neraca
pembayaran.
4. Balance
transaksi pemerintah jangka pendek.
Konsep balance
inipun diperkembangkan di Amerika Serikat. Menurut konsep ini, neraca
pembayaran terdiri dari penjumlahan basic balance, selisih uang diperhitungkan
dan rekening modal jangka pendek (sesudah dikurangi dengan modal Amerika jangak
pendek yang dimiliki oleh lembaga-lembaga moneter negara lain).
Ketidakseimbangan yang timbul dalam neraca pembayaran diseimbangkan dengan
cadangan modal pemerintah serta modal pemerintah jangka pendek yang dimiliki
oleh lembaga-lembaga moneter asing.
Tabel 12.1
Beberapa Konsep Balance
untuk
Analisa Neraca
Pembayaran Internasional
I.
Basic Balance
1. Balance
dalam transaksi yang yang sedang berjalan (current account),
2. Balance
dalam rekening modal jangka panjang, +
3. Basic
balance, yang diimbangi dengan: =
4. Balance
dalam rekening modal jangka pendek,
5. Transaksi
reserves pemerintah,
6. Selisih
perhitungan
II.
Balance Transaksi
Aotonomous
1. Basic
balance,
2. Balance
dalam transaksi modal jangka pendek, +
3. Balance
transaksi autonomous, yang diimbangi dengan: =
4. Transaksi
reserves pemerintah,
5. Selisih
perhitungan.
III.
Liquidity Balance
1. Basic
balance,
2. Modal
jangka pendek yang dimiliki oleh penduduk sendiri, +
3. Selisih
perhitungan, +
4. Liquidity
balance, yang diimbangi dengan: =
5. Transaksi
reserves pemerintah,
6. Modal
jangka pendek yang dimilki penduduk asing.
IV.
Balance Transaksi
Pemerintah Jangka Pendek
1. Basic
balance,
2. Balance
dalam rekening modal jangka pendek, +
3. Modal
jangka pendek yang dimiliki oleh badan-badan moneter asing, -
4. Selisih
perhitungan, +
5. Balance
transaksi pemerintah jangka pendek, yang diimbangi dengan: =
6. Transaksi
reserves pemerintah,
7. Modal
jangka pendek yang dimliki oleh badan-badan moneter asing.
2.4. Masalah Dalam
Analisa Neraca Pembayaran.
Keempat konsep balance tersebut di atas sangat
membantu di dalam analisa suatu neraca pembayaran. Namun, sangat sukar untuk
menentukan konsep balance yang mana yang paling relevan, misalnya untuk
pengambilan keputusan bagi pemerintah, analisa trend suatu perekonomian atau
membuat suatu perkiraan tentang arah perkembangan ekonomi. Setiap konsep
balance menunjukan aspek yang berbeda.
Tujuan analisa neraca pembayaran sangat berbeda-beda
dan perbedaan ini menentukan pola analisanya. Kesukaran timbul dalam penentuan
secara umum pola analisa tersebut. Beberapa masalah atau kekeliruan yang sering
timbul dalam analisa neraca pembayaran antara lain:
1. Sering
kali mengabaikan antara transaksi internasional yang satu dengan yang lain,
sehingga ketidakseimbangan dalam neraca pembayaran diasosiasikan dengan satu
transaksi saja tanpa melihat hubungannya dengan yang lain. Sebagai contoh:
investasi di luar negeri sepintas lalu akan menambah defisit neraca pembayaran,
sebab transaksi ini menyebabkan terjadinya aliran modal keluar. Tetapi kalau
ditinjau lebih lanjut, investasi luar negeri ini nantinya akan dapat mendatangkan keuntungan masuk serta
kemungkinan untuk ekspor bahan mentah atau barang-barang kebutuhan pabrik
sebagai akibat dari investasi luar negeri tersebut (terutama kalau investasi
luar negeri ini berupa penanaman modal langsung dalam bentuk pendirian pabrik
di luar negeri). Demikian juga bantuan yang diberikan kepada negara lain. Kalau
dilihat secara terpisah, bantuan ini akan menambah deficit neraca pembayaran.
Tetapi kebanyakan bantuan (terutama dari negara maju) tersebut dalam bantuan
terikat, artinya bantuan tersebut harus digunakan untuk membeli barang-barang
yang dihasilkan oleh negeri pemberi bantuan tersebut. Dalam hal semacam ini
bantuan yang diberikan kepada negara lain malah mungkin akan dapat memperbaiki
neraca pembayaran internasionalnya.
2. Surplus
dalam transaksi yang sedang berjalan sering dianggap baik, sebaliknya defisit
dianggap jelek. Anggapan semacam ini tidak selalu benar. Sebagai contoh,
Amerika Serikat, penerimaan keuntungan dari investasi luar negerinya lebih
besar daripada investasinya. Untuk mengimbangi aliran keuntungan yang masuk
ini, transaksi yang sedang berjalan harus defisit. Dalam hal ini jelas bahwa
defisit tidak selalu jelek. Dengan demikian, defisit atau surplus di dalam
transaksi yang sedang berjalan tidak perlu dikhawatirkan selama defisit atau
surplus tersebut diimbangi dengan aliran modal masuk atau keluar dalam jumlah
yang sama.
3. Keputusan
untuk memberi bantuan (aid) seharusnya lebih didasarkan pada kekuatan ekonomi
negara secara keseluruhan (misalnya diukur dengan penghasilan per kapita) bukan
atas dasar pertimbangan neraca pembayaran. Seperti misalnya, Indonesia
mempunyai surplus neraca pembayarannya dan Inggris defisit, tidak berarti
Indonesia memulai memberi bantuan pada Inggris.
2.5.
SURPLUS
DAN DEFISIT NERACA PAMBAYARAN.
Pada
prinsipnya neraca pembayaran selalu seimbang. Saldo dalam neraca pembayaran
selalu nol. Hal ini terjadi karena neraca pembayaran disusun berdasarkan
prinsip buku berpasangan, yang secara teoritis selalu seimbang. Artinya jumlah
debit harus selalu sama dengan jumlah kterdit. Dalam analisis ekonomi, pos
saldo kurang penting artinya.
Kita
sering mendengar istilah surplus maupun defisit neraca pembayaran. Agar arti
surplus dan defisit dapat kita pahami maka kita perlu memperhatikan arus transaksi otonom (autonomous transaction)
sebagai berikut :
Neraca
pembayaran dikatakan dalam posisi defisit bila transaksi kredit otonom (credit
autonomous transaction) lebih kecil daripada transaksi debet otonom (debit
autonomous transaction). Atau :
1. BOP
= Balance of Payment = Neraca
pembayaran
2. DAT
= Debit Autonomous Transaction
3. CAT
= Credit Autonomous Transaction
Neraca
pambayaran dikatakan dalam surplus bila transaksi kredit otonom ( credit
outonomous) lebih besar daripada transaksi debet (debit autonomous transaction).
Atau :
BOP Surplus bila CAT < DAT
Tabel
2.1 Stuktur Unsur Neraca Pembayaran.
A
|
Transaksi Berjalan
|
- 1.000
|
a
|
|
(Current Account)
|
|
|
|
1. Perdagangan
barang
|
2.000
|
b
|
|
a. Ekspor
|
7.000
|
c
|
|
b. Impor
|
5.000
|
d
|
|
2. Jada
|
-3.000
|
e
|
|
a. Terima
(kredit)
|
6.000
|
f
|
|
b. Bayar
(debet)
|
9.000
|
g
|
B
|
Lalu Lintas Modal
atau
|
|
h
|
|
Neraca Modal (capital
account)
|
|
|
|
1. Pemerintah
|
800
|
i
|
|
a. Masuk
|
1.800
|
j
|
|
b. Keluar
|
1.000
|
k
|
|
2. Swasta
|
1.500
|
l
|
|
a. Masuk
|
2.700
|
m
|
|
b. Keluar
|
|
n
|
C
|
Special Drawing
Rights (SDR)
|
700
|
o
|
D
|
Jumlah (A+B+C)
|
2.000
|
p
|
E
|
Selisih Perhitungan
|
-1.250
|
q
|
|
(Errors and
Omissions)
|
|
|
F
|
Lalu Lintas Moneter
atau
|
750
|
r
|
|
Cadangan Devisa
|
|
|
|
(Accomodating
Transaction)
|
|
|
Table 2.1 merupakan contoh struktur sebuah neraca
pembayaran internasional secara ringkas. Pada neraca pembayaran internasional
tersebut yang dimaksud dengan neraca perdagangan adalah ekspor dan impor
barang. Neraca perdagangan dikatakan surplus bila nilai ekspor barang lebih besar dari nilai impor barang (b
= c – d; bila c > d) dan dikatakan deficit bila nilai ekspor barang lebih kecil dari nilai impornya (c
< d), b bernilai negative. Komponen kedua neraca perdagangan adalah neraca
jasa yang terdiri dari penerimaan jasa dan pengeluaran jasa. Neraca jasa akan
negative apabila penerimaan dari luar negeri atau jasa yang kita berikan lebih
kecil dari pada pembayaran atas jasa orang asing. Neraca barang dan neraca jasa
dijumlahkan menjadi transaksi berjalan.
b + c = a maka bila nilai a positif maka transaksi
berjalan disebut surplus, tetapi bila nilai a negative maka transaksi berjalan
disebut deficit. Pada table 2.1 nilai D merupakan penjumlahan A+B+C. Special
Drawing Rigt (SDR) merupakan cadangan internasional yang diciptakan
oleh IMF. E atau selisih perhitungan merupakan nilai kesalahan dan kelalaian
yang terjadi dalam pencatatan neraca pembayaran. Neraca pembayaran
internasional dikatakan surplus bila nilai F negatif yaitu nilai D dikurangi nilai E hasilnya
negatif. Ini artinya terjadi kenaikan
cadangan devisa. Sebaliknya neraca pembayaran internasional dikatakan
defisit bila nilai F positif yaitu nilai D dikurangi nilai E hasilnya positif.
Artinya terjadi penurunan cadangan devisa. Kebijakan neraca pembayaran
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kebijakan ekonomi yang ditempuh
pemerintah dalam usaha mencapai sasaran pembangunan. Sebagai pembanding
perhatikan table 2.2. Ringkasan Neraca Pembayaran Indonesia Tahun 2003-2005.
Tabel 2.2. Ringkasan Neraca Pembayaran Indonesia
Tahun 2003-2005.
Uraian
|
2003
|
|
2004
*)
|
|
|
2005**)
|
|
|
|
Sem.I
|
Sem.II
|
Sem.III
|
Sem.I
|
Sem.II
|
Total
|
A.Transaksi berjalan
|
8.107
|
21
|
3.088
|
3.109
|
1.642
|
-1.477
|
165
|
Neraca Perdagangan
|
24.563
|
9.246
|
12.308
|
21.554
|
9.394
|
9.140
|
18.534
|
a. Ekspor
|
64.109
|
32.888
|
39.280
|
72.148
|
39.651
|
40.426
|
79.987
|
b. Impor
|
-39.546
|
-23.642
|
-26.972
|
-50.614
|
-30.167
|
-31.2886
|
-61.453
|
Neraca jasa-jasa,
Neto
|
-16.456
|
-9.225
|
-9.220
|
-18.445
|
-7.7752
|
-10.617
|
-18.369
|
B.Neraca Modal
|
-949
|
940
|
2.056
|
2.996
|
-826
|
1.167
|
341
|
Sektor Publik, Neto
|
-835
|
-360
|
-1.417
|
-1.777
|
0
|
68
|
68
|
-
Penerimaan Pinjaman
& Bantuan
|
2.169
|
2.286
|
1.480
|
3.766
|
2.110
|
1.989
|
4.099
|
a. Bantuan
Program & lainnya
|
210
|
970
|
500
|
1.470
|
973
|
577
|
1.550
|
b. Bantuan
Proyek & lainnya
|
1.959
|
1.316
|
980
|
2.296
|
1.137
|
1.412
|
2.549
|
-
Pelunasan Pinjaman
|
-3.004
|
-2.646
|
-2.897
|
-5.543
|
-2.110
|
-1.921
|
-4.031
|
Sektor swasta, Neto
|
-114
|
1.300
|
3.473
|
4.773
|
-826
|
-1.099
|
273
|
Penanaman modal langsung
|
-597
|
577
|
446
|
1.023
|
2.898
|
1.039
|
3.937
|
Investasi Portofolio
|
2.251
|
1.022
|
2.200
|
3.222
|
-516
|
-2.813
|
2.297
|
Lainnya
|
-1.768
|
-299
|
827
|
528
|
-3/208
|
-2.753
|
-5.961
|
C.Total (A+B)
|
7.158
|
961
|
5.144
|
6.105
|
816
|
-310
|
506
|
D.Selisih yang belum
diperhitungkan
|
-3.503
|
-1.523
|
-4.272
|
-5.795
|
-1.481
|
0
|
-1.481
|
E.Keseimbangan Umum
|
3.654
|
-562
|
872
|
310
|
-664
|
-312
|
-976
|
F.Lalu Lintas Moneter
|
-3.653
|
562
|
-872
|
-309
|
664
|
312
|
976
|
Perubahan Cadangan Devisa 1)
|
-4.257
|
1.445
|
-1.469
|
-24
|
1.556
|
900
|
2.456
|
Cadangan Devisa
|
36.296
|
34.851
|
36.320
|
36.320
|
34.764
|
33.864
|
33.864
|
Transaksi Berjalan/PDB (%)
|
3.4
|
|
|
1.2
|
|
|
0.1
|
Sumber
: Bank Indonesia
*) Perkiraan ralisasi
**) Perkiraan
1). Negatif berarti surplus & positif
berarti defisit.
2.6.
DAMPAK NERACA PEMBAYARAN TERHADAP PEREKONOMIAN SUATU NEGARA.
Setiap
negara berusaha agar neraca pembayaran surplus agar devisa negara tersebut
selalu bertambah dan ini akan berpengaruh terhadap perekonomian negara tersebut.
Bila neraca pembayaran defisit maka negara tersebut terpaksa melepas cadangan
devisanya untuk membayar ke luar negeri.
Pengurangan
cadangan devisa akan dapat merubah struktur ekonomi negara tersebut dan menuju
ke arah yang tidak baik. Jika neraca pembayaran suatu negara secara terus
menerus mengalami defisit akan menguras
cadangan devisa negara tersebut sehingga
bila cadangan devisanya habis maka akan timbul hutang kepada negara lain. Hal
ini akan mempengaruhi kredibilitas negara tersebut di luar negeri. Neraca
pembayaran suatu negara merupakan cermin dari keadaan internal ekonominya.
2.7.
KEBUTUHAN AKAN HUTANG LUAR NEGERI.
Bila
kita membicarakan perekonomian Indonesia,
tentu bahasan tentang hutang luar negeri tak lepas dari pembicaraan kita,
seperti banyak negara berkembang lainnya, tak lepas dari hutang luar negeri.
Banyak negara-negara berkembang berhutang kepada negara-negara maju. Mengapa
negara-negara berkembang membutuhkan hutang kuar negeri? Berikut ini beberapa
alasannya :
Ø Negara-negara
berkembang umumnya memiliki defisit neraca perdagangan yang tinggi.
Cara
yang paling mudah dan efektif untuk dapat menutup defisit perdagangan yang
terjadi adalah dengan pinjaman hutang.
Apalagi jika tak ada lagi sumber pendanaan di dalam negeri yang dapat
diandalkan untuk menutup defisit tersebut. Hutang tersebut dapat berupa
pinjaman, bantuan, hibah, maupun bantuan teknis.
Indonesia
dewasa ini jarang sekali mengalami surplus transaksi berjalan. Penyebab utama
defisit dalam anggaran pemerintah adalah pengeluran yang lebih besar dari
pemasukan. Maka dari itu Indonesia membutuhkan hutang luar negeri untuk
membiayai defisit tersebut.
Ø Hutang
luar negeri digunakan sebagai modal pembangunan.
Karena
tidak memiliki sumber dana lain untuk membayar pembangunan fisik seperti jalan
layang, bandara, dan pelabuhan internasional, maka negara-negara berkembang
meminjam uang dari luar negeri.
Ø Hutang
luar negeri dibutuhkan pada saat terjadi bencana alam.
Ketika
terjadi bencana alam seperti yang terjadi di Aceh beberapa waktu yang lalu,
Indonesia tidak mampu mengatasinya dengan cepat dan segera. Pada saat seperti
ini, bantuan dari pihak luar amat dibutuhkan. Termasuk bantuan berupa dana.
Bantuan dana itu ada yang berupa hibah, dan ada juga yang berupa barang. Dana
bantuan tersebut dibutuhkan untuk membangun kembali daerah bencana yang telah
porak-poranda.
2.8.
KEBAIKAN
DAN KEBURUKAN HUTANG LUAR NEGERI BAGI INDONESIA.
Demikan
banyaknya rintangan dalam pembentukan modal di dalam negeri, dan mengapa kita
tidak lebih mengandalkan pada modal luar negeri? Bukankah teori ekonomi
mengajarkan kepada kita bahwa negara kaya yang telah kehabisan proyek-proyek
berpenghasilan tinggi, jika diinvestasikan dalam proyek investasi berpenghasilan
tinggi di negara lain akan memberikan
manfaat bagi kedua belah pihak? Kalau investasi di negara lain tersebut
berjalan dengan lancar, maka bagi negara yang sedang berkembang hal ini sangat
menguntungkan karena mereka kekurangan modal dan bagi negara maju akan menambah penghasilan mereka berupa bunga.
Indonesia
telah menggunakan kesempatan ini pada zaman orde baru sehingga pembangunan yang
dilakukan Indonesia sangant mencengangkan. Tetapi kalau dana tersebut
dipergunakan hanya untuk konsumsi maka hutang tersebut harus dibayar dengan
nilai ekspornya. Selama nilai ekspor
lebih besar dari jumlah pembayaran hutang maka Indonesia tidak akan mengalami
kesulitan yang berarti. Tetapi lonjakan suku bunga internasional dan melesunya
perekonomian dunia mengakibatkan banyak negara yang menjalankan strategi
investasi melalui hutang luar negeri terjebak dalam krisis keuangan. Indonesia
terpaksa melakukan penjadwalan kembali pembayaran hutangnya sejak krisis
ekonomi pada tahun 1998 yang lalu. Sampai saat ini Indonesia belum pulih
perekonomiannya.
Banyak
negara yang berutang terseok-seok menanggung beban pembayaran kembali hutang
luar negerinya tersebut, termasuk Indonesia. Menjelang tahun 2004 dan 2005 krisis hutang masih melilit Indonesia
terutama untuk pembayaran bunga hutang baik dalam negeri maupun laur negeri.
Hal ini terlihat dalam belanja pemerintah pusat semester I tahun 2005.
BELANJA
PEMERINTAH PUSAT
SEMESTER
I TAHUN 2005
(
Miliar Rupiah)
Uraian
|
APBN
UU NO.36/2004
|
APBN-P
UU.
I/2005
|
Semester
I
|
%
Terhadap APBN 2004
|
1.Belanja Pegawai
|
60.743,7
|
61.098,6
|
27.116,0
|
44.7
|
2.Belanja Barang
|
34.038,6
|
35.140,3
|
5.731,6
|
16.8
|
3.Belanja Modal
|
43.078,9
|
49.628,0
|
3.656,0
|
8.5
|
4.Pembayaran Bunga
Hutang
|
64.136,8
|
58.393,1
|
27.01,5
|
42.1
|
a. Hutang
Dalam Negeri
|
38.994,5
|
41.843,0
|
20.397,0
|
52.3
|
b. Hutang
Luar Negeri
|
25.142,4
|
16.550,1
|
6.604,5
|
26.3
|
5.Subsidi
|
31.295,7
|
96.636,9
|
42.117,3
|
134.6
|
a. Perusahaan
Negara
|
31.221,8
|
90.310,1
|
42.117,3
|
134.9
|
i.Lembaga Keuangan
|
771.8
|
815.0
|
12.6
|
1.6
|
ii. Lembaga Non
Keuangan
|
30.450.0
|
89.495.1
|
42.104.7
|
138.3
|
b. Perusahaan
Swasta
|
73.9
|
73.9
|
-
|
-
|
c. Subsudi
Pajak
|
-
|
6.252.9
|
-
|
-
|
6.Belanja Hibah
|
-
|
-
|
-
|
-
|
7.Bantuan Sosial
|
17.106.7
|
29.316.6
|
1.825.4
|
10.7
|
8.Belanja Lain-Lain
|
15.819.9
|
33.901.6
|
1.890.5
|
11.9
|
Jumlah
|
266.220,3
|
364.115,0
|
109.387,8
|
30.0
|
* Perbedaan 1 angaka
dibelakang koma terhadap angka penjumlahan adalah karena pembulatan.
Dilihat dari pembayaran bunga hutang semester pertama
2005 jelas bahwa pembayaran bunga hutang sangat mempengaruhi terhadap APBN
karena secara persentase menunjukan 42,1% dari APBN tahun 2004. Dari uraian di
atas jelas bahwa berhutang itu kurang baik dibandingkan dengan tanpa hutang., tetapi segi kebaikan
hutang adalah kalau pemerintah tidak mempunyai modal untuk investasi pembanguan maka hutang merupakan jalan keluar untuk
dapat membangun perekonomian negara inin , asal hutang tersebut
diinvestasikan pada pembangunan sehingga
dapat menampung tenaga kerja Indonesia yang tinggi tingkat pengganggurannya.
2.9.
UPAYA
PENGELOLAAN HUTANG LUAR NEGERI.
Hutang
luar negeri pada kondisi tertentu memang dibutuhkan, akan tetapi apabila hutang
luar negeri terus menerus meningkat dan semakin mengikat hingga kemudian
memberatkan anggaran negara, tentu menjadi masalah tersendiri.
Oleh
kerena itu, perlu ada penanganan yang tepat terhadap hutang luar negeri agar
tetap terkendali. Beberapa langkah yang dapat dilakukan dalam menangani hutang
luar negeri agar tidak memberatkan antara lain :
1. Program
Stabilitas IMF,
Negara-negara
berkembang yang mengalami kesulitan pambayaran hutang luar negerinya umumnya
kemudian meminta bantuan kepada IMF atau lembaga lain seperti Bank Dunia. Untuk
hal ini, International Monetary Fund (IMF) memiliki berbagai program untuk
membantu negara-negara yang mengalami kesulitan ekonomi.
Bantuan
melalui program stabilitasnya tidak begitu saja diberikan. Calon negara
penerima bantuan sebelumnya harus terlebih dahulu mengikuti
persyaratan-persyaratan yang di ajukan oleh IMF.
IMF
mengajukan persyaratan seperti negara tersebut harus menurunkan tingkat defisit
anggarannya, yang berarti harus menghapus pengeluaran seperti subsidi. Hal ini
yang membuat banyak kalangan bersikap anti-IMF. Banyak yang berpendapat bahwa
IMF menjalankan standar ganda dalam praktiknya, negara-negara berkembang
“dipaksa” untuk menuruti perintah IMF, sementara negara maju seperti Amerika
Serikat tidak diwajibkan melakukan penyesuaian apapun.
2. Renegosiasi
Hutang Melalui Paris Club,
Untuk
meringankan beban pembayaran kembali hutang luar negeri yang membengkak dan
memberatkan, ada 3 cara yang dapat ditempuh, yaitu :
a.
Penangguhan hutang,
atau jika dimungkinkan pembatalan sebagian pinjaman non-konsesional, hingga
sepertiga dari total hutang,
b.
Penurunan suku bunga
hutang keseluruhan,
c.
Perpanjangan periode
pembayaran hingga 25 tahun.
3. Metode
Debt For Nature Swap Untuk Melepaskan Diri Dari Hutang.
Debt For Nature Swap
ini merupakan metode baru yang cukup menarik, walawpun belum banyak diterapkan.
Pihak kreditor (pemberi hutang) memberikan keringanan pembayaran hutang apabila
negara debitor mau melakukan pelestarian lingkungan alam mereka. Program ini
dikembangkan oleh lembaga-lembaga swadaya masyarakat (LSM) internasional
seperti World Wildlife Fund (WWF).
Hal ini dilakukan seiring kelestarian lingkungan dunia yang kian terancam.
Banyak hutan-hutan yang merupakan paru-paru dunia dibabat habis, baik secara
legal maupun illegal, untuk keperluan pembangunan. Oleh karena itu, dengan
metode ini diharapkan pembangunan dapat dilakukan tanpa membebani negara
berkembang sekaligus melestarikan lingkungan.
2.10
NERACA PEMBAYARAN DIPREDIKSI SURPLUS
(KOMPAS; KAMIS, 19 MEI 2011)
Pemerintah memprediksi kinerja
neraca pembayaran Indonesia masih akan mencatat surplus yang cukup besar pada
kuartal II-2011. Saat ini neraca pembayaran sudah mencapai di atas 110 miliar
dollar AS. Surplus tersebut bersumber dari transaksi berjalan ataupun transaksi
modal dan finansial.
"Transaksi modal dan finansial
diperkirakan masih mengalami surplus yang cukup tinggi," ungkap Menteri
Keuangan Agus Martowardojo, di Jakarta, Kamis (19/5/2011).
Transaksi tersebut ditopang oleh
peningkatan penanaman modal asing (PMA) dan investasi portofolio, seperti SUN,
saham, dan SBI, yang sejalan dengan iklim investasi yang terus membaik dan
kondisi makro-ekonomi yang stabil.
Pada kuartal I tahun ini, transaksi
berjalan mengalami surplus sebesar 1,9 miliar dollar AS. Hingga akhir tahun
ini, pemerintah memperkirakan surplus transaksi ini dapat mencapai 4,4 miliar
dollar AS.
Sementara itu, surplus transaksi
modal dan finansial selama kuartal I-2011 mencapai 6,2 miliar dollar AS.
"(Surplus) ditopang oleh kinerja investasi langsung dan investasi
portofolio," sebutnya.
Sementara itu, Kepala Badan
Kebijakan Fiskal Bambang Brodjonegoro menambahkan, kondisi neraca pembayaran
ini merupakan poin positif dari stabilitas makro-ekonomi Indonesia. "Kalau
kita lihat apa yang sudah berlangsung pada kuartal I-2011 telah terjadi juga
peningkatan, dalam artian peningkatan cadangan devisa yang merupakan hasil
akhir dari kondisi positif neraca pembayaran," tambahnya.
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Neraca pembayaran suatu
negara adalah catatan yang sistematis tentang transaksi ekonomi internasional
antara penduduk negara itu dengan penduduk negara lain dalam jangka waktu
tertentu. Transaksi ekonomi berarti pertukaran nilai barang atau jasa ekonomi
atau pengalihan kekayaan penduduk suatu negara ke negara lain. Catatan semacam
ini sangat berguna untuk berbagai macam tujuan. Namun tujuan utamanya adalah
untuk memberikan informasi kepada penguasa pemerintah tentang posisi keuangan
dalam hubungan ekonomi dalam pengambilan kebijaksanaan moneter, fiskal,
perdagangan, dan pembayaran internasional.
Neraca pembayaran terdiri dari beberapa komponen,
yaitu neraca barang (neraca perdagangan) dan neraca jasa. Keduanya disebut
neraca transaksi berjalan ( current account) dan neraca modal.
a. Neraca
Barang ( Neraca Perdagangan).
Pos ini
merupakan golongan terbesar dalam neraca pembayaran, yang meliputi transaksi
barang. Transasksi barang ini meliputi ekspor barang, termasuk barang-barang
yang bisa dilihat secara fisik, misalnya minyak, tembakau, tanah, kayu, karet,
dan sebagainya.
b. Neraca
Jasa.
Neraca jasa
meliputi transaksi ekspor dan impor jasa. Ekspor jasa terdiri dari
penjualan jasa angkutan
turisme/pariwisata, asuransi, pendapatan investasi dari modal di luar negeri.
c. Neraca
Modal.
Neraca modal
(capital account) termasuk transaksi modal, yang terdiri dari transaksi jangka
pendek dan transaksi jangka panjang.
d. Lalu
Lintas Moneter.
Transaksi ini
sering disebut accommodating transaction sebab merupakan transaksi yang timbul
sebagai akibat dari adanya transasksi lain. Transaksi itu disebut juga
autonomous, karena timbul dengan sendirinya tanpa dipengaruhi transaksi
lainnya. Termasuk dalam transaksi autonomous adalah
transaksi-transaksi yang sedang berjalan dan transaksi modal serta transaksi
satu arah.
e. Transaksi
Satu Arah.
Transaksi satu
arah adalah transaksi yang tidak menimbulkan kewajiban untuk melakukan
kewajiban pembayaran, misalnya hadiah (gifts) dan bantuan (aid).
f. Selisih
Perhitungan (Errors and Omissions).
Rekening ini merupakan
rekening penyeimbang apabila nilai transaksi-transaksi kredit tidak persis sama
dengan nilai transaksi-transaksi debit.
Kosep
“balance” dalam neraca pembayaran mempunyai arti yang berbeda-beda. Pada
dasarnya ada 4 pengertian balance.
1.
Basic balance,
Basic balance
terdiri dari balance dalam transaksi yang sedang berjalan (currunt account
balance) ditambah transaksi modal jangka panjang.
2.
Balance transaksi “autonomous”,
Balance ini
terdiri dari basic balance ditambah dengan aliran modal jangka pendek.
3.
Liquidity balance,
Konsep liquidity
balance ini dikembangkan di Amerika Serikat untuk mengukur posisi neraca
pembayarannya. Perbedaannya dengan balance transaksi autonomous adalah di dalam
perlakuan terhadap pemilikan kekayaan (assets)
jangka pendek.
4.
Balance transaksi
pemerintah jangka pendek.
Konsep balance inipun
diperkembangkan di Amerika Serikat. Menurut konsep ini, neraca pembayaran terdi
dari penjumlahan basic balance, selisih uang diperhitungkan dan rekening modal
jangka pendek (sesudah dikurangi dengan modal Amerika jangak pendek yang
dimiliki oleh lembaga-lembaga moneter negara lain).
Beberapa
masalah atau kekeliruan yang sering timbul dalam analisa neraca pembayaran
antara lain:
1. Sering
kali mengabaikan antara transaksi internasional yang satu dengan yang lain,
sehingga ketidakseimbangan dalam neraca pembayaran diasosiasikan dengan satu
transaksi saja tanpa melihat hubungannya dengan yang lain.
2. Surplus
dalam transaksi yang sedang berjalan sering dianggap baik, sebaliknya deficit
dianggap jelek. Anggapan semacam ini tidak selalu benar.
3. Keputusan
untuk memberi bantuan (aid) seharusnya lebih didasarkan pada kekuatan ekonomi
negara secara keseluruhan (misalnya diukur dengan penghasilan per kapita) bukan
atas dasar pertimbangan neraca pembayaran.
Mengapa negara-negara
berkembang membutuhkan hutang kuar negeri? Berikut ini beberapa alasannya :
Ø Negara-negara
berkembang umumnya memiliki defisit neraca perdagangan yang tinggi.
Ø Hutang
luar negeri digunakan sebagai modal pembangunan.
Ø Hutang
luar negeri dibutuhkan pada saat terjadi bencana alam.
Pengurangan
cadangan devisa akan dapat merubah struktur ekonomi negara tersebut dan menuju
ke arah yang tidak baik. Jika neraca pembayaran suatu negara scara terus
menerus mengalami defisit akan menguras
cadangan devisa negara tersebut sehingga
bila cadangan deviasanya habis maka akan timbul hutang kepada negara lain. Hal
ini kan mempengaruhi kredibilitas negara tersebut di luar negeri. Neraca
pembayaran suatu negara merupakan cermin dari keadaan internal ekonominya.
Beberapa langkah yang
dapat dilakukan dalam menangani hutang luar negeri agar tidak memberatkan
antara lain :
1. Program
Stabilitas IMF,
Negara-negara
berkembang yang mengalami kesulitan pambayaran hutang luar negerinya umumnya
kemudian meminta bantuan kepada IMF atau lembaga lain seperti Bank Dunia. Untuk
hal ini, International Monetary Fund (IMF) memiliki berbagai program untuk
membantu negara-negara yang mengalami kesulitan ekonomi.
2. Renegosiasi
Hutang Melalui Paris Club,
Untuk
meringankan beban pembayaran kembali hutang luar negeri yang membengkak dan
memberatkan, ada 3 cara yang dapat ditempuh, yaitu :
a. Penangguhan
hutang, atau jika dimungkinkan pembatalan sebagian pinjaman non-konsesional,
hingga sepertiga dari total hutang,
b. Penurunan
suku bunga hutang keseluruhan,
c. Perpanjangan
periode pembayaran hingga 25 tahun.
3. Metode
Debt For Nature Swap Untuk Melepaskan Diri Dari Hutang.
Debt
For Nature Swap ini merupakan metode baru yang
cukup menarik, walawpun belum banyak diterapkan. Pihak kreditor (pemberi
hutang) memberikan keringanan pembayaran hutang apabila negara debitor mau
melakukan pelestarian lingkungan alam mereka. Program ini dikembangkan oleh
lembaga-lembaga swadaya masyarakat (LSM) internasional seperti World Wildlife Fund (WWF). Hal ini
dilakukan seiring kelestarian lingkungan dunia yang kian terancam.
3.2. SARAN
Adapun saran yang ingin disampaikan oleh penulis
dalam karya ilmiah ini adalah sebagai berikut :
Indonesia merupakan
salah satu negara berkembang. Negara-negara berkembang umumnya memiliki defisit
neraca perdagangan yang tinggi. Cara yang paling mudah dan efektif untuk dapat
menutup defisit perdagangan yang terjadi adalah
dengan pinjaman hutang. Apalagi jika tak ada lagi sumber pendanaan di
dalam negeri yang dapat diandalkan untuk menutup defisit tersebut. Hutang
tersebut dapat berupa pinjaman, bantuan, hibah, maupun bantuan teknis. Indonesia
dewasa ini jarang sekali mengalami surplus transaksi berjalan. Penyebab utama
defisit dalam anggaran pemerintah adalah pengeluran yang lebih besar dari
pemasukan. Maka dari itu Indonesia membutuhkan hutang luar negeri untuk
membiayai defisit tersebut.
-
Untuk itu hendaknya
pemerintah bisa memanfaatkan pinjaman tersebut dengan sebaik-baiknya yaitu
digunakan untuk pembangunan negara dan pemerintah harus bisa mengelola anggaran
pemerintah dengan baik sehingga bisa menekan pengeluaran negara agar tidak
terjadi defisit anggaran. Selain itu juga negara harus bisa meningkatkan
ekspornya dibandingkan dengan impornya,
-
Bagi kita sebagai warga
negara Indonesia hendaknya bisa membantu dalam rangka menambah pemasukan
anggaran negara, salah satunya yaitu dengan cara membayar pajak tepat pada
waktunya. Karena pajak merupakan salah satu komponen dalam pemasukan anggaran
negara.
DAFTAR PUSTAKA
-
Nopirin, Ph.D, Ekonomi Internasional,Yogyakarta: Penerbit
BPFE,Edisi ketiga, 2007
-
Ritonga, dkk. Ekonomi SMA.Jakarta: Penerbit Erlangga,
2006